Ketika IPK Tinggimu Tidak Terlalu ‘Ngefek’ di Dunia Kerja, Inilah Kemampuan yang Akan Mengeluarkanmu dari Kesulitan

2

Tak dipungkiri, dengan memiliki IPK tinggi memang lebih memudahkan anda untuk diterima di perusahaan yang bonafit. Setelah itu inginnya langsung tancap gas untuk mencapai karir tinggi dan masa depan cerah. Tapi ingat, keinginan seperti itu biasanya disertai pula tanggung jawab dan tantangan yang juga tidak kalah memusingkan kepala dan memberatkan hati.

Kerapkali masalah dan tantangan di dunia kerja, adalah kenyataan yang sama sekali tak terbayangkan sebelumnya. Kehebatan seseorang ketika dulu menyapu bersih seluruh mata kuliah dengan nilai A, hanya tinggal romantisme masa lalu. Terkadang dunia kerja adalah kenyataan yang harus diterimanya.

Contohnya: Omzet yang meleset dari target, berbagai komplain dari konsumen, produk kompetitor yang ternyata jauh lebih laku di pasaran, dan masih ditambahi lagi dengan komplain dari rekan kerja dan bawahan baik yang masuk akal maupun yang sekedar ingin menjatuhkan nama anda. Atasanpun tak jarang mengomel dan makin keras mem-push agar anda meningkatkan kinerja. Akibatnya hidup anda akan semakin dihantui oleh berbagai hal yang ternyata tak seindah harapan.

Tantangan dan cobaan semacam itu tidak bisa dihadapi dengan IPK tinggi. Dan semakin tinggi pohon maka semakin kuat angin yang menerjangnya.

Apa yang dilakukan oleh para manajer sukses untuk keluar dari masalah seperti itu?

Belajar dari pengalaman kesuksesan orang-orang hebat di dunia bisnis, hal pertama yang harus dilakukan ketika mengalami semua hal diatas adalah ‘Mendengarkan’. Mendengarkan komplain, mendengarkan keluhan dan masukan bawahan, mendengarkan omelan atasan, mendengarkan rekan dan kompetitor.

Jangan anggap enteng hal ini, yaitu KEMAMPUAN MENDENGARKAN.

Mendengarkan adalah sesuatu yang terkadang berat untuk dilakukan. Karena apa yang masuk ke telinga terkadang terdengar menyakitkan dan sama sekali tidak logis. Tapi itulah kenyataan!

Tidak hanya sekedar mendengarkan. Orang-orang hebat bisa langsung membuat keputusan yang cepat dan penting, dan terkadang keputusan yang sulit karena harus mengorbankan sesuatu atau seseorang yang dikenal. Mendengar lalu memutuskan, bukan perkara mudah bagi setiap orang. Apalagi di saat emosi menanjak naik ketika mendengarkan hal-hal yang sungguh menyakitkan hati.

Dan kemampuan inilah yang biasanya melekat kepada seseorang yang memiliki leadership tinggi, yaitu kemampuan dan kemauan mendengarkan hingga menghasilkan pengambilan keputusan tepat dan cepat.

Listening Skill #1 – Attending (Mampu dan Mau Memberi Perhatian)

Anda harus benar-benar mau ‘hadir’ dan mau mendengarkan orang lain bicara. Berilah perhatian kepada si pembicara. Jangan sampai pikiran anda berada di tempat lain ketika mempersilakan orang lain bicara, apalagi sedang meng-komplain anda. Terkadang ada orang yang bahkan tega melakukan sesuatu yang lain ketika mendengarkan orang bicara, misalnya berkirim SMS, membaca surat-surat yang masuk, melihat laptop, atau sekedar menggerak-gerakkan tangan, jari atau kaki yang menjauhkan perhatian dari substansi pembicaraan orang lain.

Listening Skill #2 –Inviting (Keterbukaan yang Positif)

Kalau ‘Attending’ lebih bersifat membuat orang lain yang bicara serasa berbicara di rumahnya, nyaman dan didengarkan. Maka ‘Inviting’ cenderung bersifat membuka pintu dan mengundang orang lain untuk masuk dan berbicara.

Ciri-ciri kepemimpinan dengan kemampuan Listening Skill – Inviting adalah ciri-ciri fisik. Misalnya menunjukkan respon gesture tubuh surprise ketika mendengarkan orang bicara bernada hal yang mengejutkan.

Ciri-ciri verbalnya adalah merespon dengan kalimat-kalimat seperti berikut ini, “Oh ya?!”, “Mengapa bisa begitu?”, dan sebagainya. Atau anda bisa menggunakan nada-nada suara yang membangkitkan semangat, misalnya: “Hmmmm”, “Aahhh”, “Ya, betul”, dan sebagainya.

Dua ciri-ciri diatas akan membuat suasana menjadi rileks, dan membuat lawan bicara anda menjadi nyaman karena anda nyaman dengan kehadiran dan pembicaraannya.

Listening Skill #3 – Questioning (Bertanya Balik untuk Menemukan Solusi)

Kemampuan ini adalah meningkatkan atensi anda terhadap si pembicara. Karena mereka akan merasa terbawa menuju solusi yang selama ini mereka cari dan harapkan. Beberapa contoh pertanyaan yang langsung mampu menjadi pilar penemuan solusi atas permasalahan yang dibicarakan orang lain adalah, “Tak bisakah itu ditangani sejak awal dengan Standard Operating Procedure kita?”. Respon pertanyaan ini akan mampu membuat si pembicara mendalami kembali apakah ada yang salah selama ini pada dirinya.

Karena biasanya si pembicara memiliki tendensi mengeluh atau melemparkan kesalahan kepada orang lain. Dengan pertanyaan seperti diatas, substansi kesalahan akan menjadi milik bersama, ketimbang anda yang menjadi sasaran kesalahan.

Kemudian bisa disusul dengan pertanyaan seperti berikut ini, “Bagaimana SOP kita bisa menangani masalah ini sejak dini?”.  Pertanyaan ini akan menantang kebersamaan untuk memecahkan masalah, daripada saling menyalahkan.

Listening Skill #4 – Restating (Memastikan Semua Orang Menerima dan Bersepakat)

1

Skill keempat ini sifatnya merangkum dan mendefinisikan ulang seluruh hasil pembicaraan pada level Attending, Inviting dan Questioning. Setelah melalui pembicaraan yang panas dan bertendensi saling menyalahkan, harus diakhiri dengan kalimat-kalimat bijak yang berfungsi untuk merangkum dan mendefiniskan ulang sehingga memastikan bahwa semua orang bisa menerima dan bersepakat untuk bersama-sama membenahi kesalahan dan masalah yang terjadi.

Tinggalkan komentar